Minggu, 29 November 2015

PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 2

Sebelumnya di PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 1


SAMUDRA
Aku sudah merasa permintaanku ini akan membuat Mama emosional. Aku siap seandainya Mama marah-marah. Aku sudah memainkan skenario menghadapi kemarahan Mama berkali-kali dalam benakku, bahkan sudah mempersiapkan argumen-argumen yang aku harap  cukup meyakinkan. 

Dengan persiapan sematang itu, entah kenapa aku tetap merasa kecut melihat reaksi Mama. Aku tak membayangkan Mama terhenyak di sofa dengan pandangan kosong. Aku lebih suka menghadapi Mama yang marah-marah, daripada Mama seperti ini. Paling tidak, bila ia mau bicara, bahkan marah, aku tahu apa yang diinginkannya lalu kami bicarakan berdua. Seperti yang selalu kami lakukan.

Walaupun kalau mau jujur, aku tidak merasa terlalu bersalah. Aku hanya ingin ada Mama dan Papa dalam resepsi pernikahanku nanti. Hanya itu.
****
RATRI
“Mungkin Sam hanya ingin ada figur ayah dalam resepsinya nanti, supaya kamu tidak sendirian,” kata Cahyo, sahabatku, sambil menyeruput cappuccino latte-nya. “Ajak saja Ario mendampingimu di pelaminan.” Disebutnya nama adik iparku.

Aku menggeleng. Dahiku kutempelkan ke permukaan meja coffeeshop yang terasa dingin. Sayangnya tidak bisa mengurangi peningku.

“Kalau Ario tidak mau, sama aku juga boleh...” Sudut bibirnya menekuk ke atas, menyajikan senyum jahil yang menemani matanya yang berkilau jenaka.

Pipiku terasa hangat. Godaan Cahyo selalu membuatku salah tingkah. “Bukan itu yang dia mau. Dia ingin papanya, bukan omnya.” Sengaja tak kutanggapi komentarnya yang terakhir.

Cahyo menatapku dengan prihatin. “Kalau begitu, apa susahnya menuruti keinginannya? Kamu tinggal bilang pada Dewa bahwa anaknya akan menikah dan dia ingin kalian berdua mendampinginya. Selesai.”

 Aku menatapnya dengan marah. “Karena Dewa tidak berhak datang ketika Sam menikah nanti! Ke mana dia waktu aku pontang-panting membesarkan anaknya sendirian? Ke mana dia ketika anaknya butuh dia? Waktu anaknya sakit, anaknya sedih, di mana dia? Waktu susah, dia pergi. Sekarang setelah tinggal menikmati enaknya, Sam sudah sukses, baru dia muncul. Ayah model apa itu!”

Cahyo diam.

“Lalu masih ada urusan dengan si Gandari. Mau dikemanakan dia kalau Dewa mendampingiku di pelaminan, hah? Dia pasti akan mengekor Dewa ke mana-mana, karena takut kucakar mukanya. Sampai mati aku tidak akan mengijinkan perempuan itu menginjak rumahku! Aku sudah merelakan dia mencuri Dewa dariku, merampas Dewa dari Sam. Tapi awas saja kalau aku lihat dia berani-berani datang!”

“Whoaaa... santai... santai,” kata Cahyo menenangkanku. Beberapa pelanggan coffeeshop menoleh ke arah kami dengan pandangan terganggu.

Aku menggelengkan kepala pelan. Tahun demi tahun sudah lewat, tapi sampai hari ini urusan dengan Dewa tetap menyakitkan seperti baru terjadi kemarin. 

“Aku tahu kamu bekerja keras membesarkan Sam, dan dia membalasmu dengan menjadi anak yang sangat baik. Dan setelah bertahun-tahun, ini satu-satunya permintaannya. Pikirkanlah. Aku tahu permintaan ini berat sekali buatmu, tapi paling tidak pikirkanlah,” pinta Cahyo.

Seandainya bukan Cahyo, sahabatku sejak kecil, yang bicara, pasti akan kutolak mentah-mentah. Namun ia mengenal kami dengan baik, sehingga aku hanya bisa pasrah dan berkata, “Lihat nanti sajalah. Aku tidak bisa berjanji apa-apa.”

Selanjutnya di PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 3

12 komentar:

  1. Sambungane kapan tayange iki, Jeng?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sabar to aaaahhhh... :D

      matur nuwun sampun mampir... :D

      Hapus
  2. Waaah kupikir Minggu ini Sam resepsinya. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih agak lama, mbak...

      jangan lupa nyawer yg banyak yaaaa... :D

      terima kasih dah mampir...

      Hapus
  3. nggak sabar nunggu part selanjutnyeeewwwwww :p

    BalasHapus
  4. Eeeeeeeaaaaaa mo komen dipart sblmnya udh keduluan Pap :-)
    Ni tiap hr apa uploadnya yah Tan? Keknya seru ni!

    BalasHapus
    Balasan
    1. put, asli aku tu suka malu soalnya selalu kliru..
      si papah dikira puput, si puput dikira papah...

      bilangin ma papah yaaa... aku minta maap bangggeeeeetttt... :(
      stay healthy juga...

      dan terima kasih puput dan papah sudi mampir...

      Hapus
  5. terima kasih...

    terima kasih juga mampirnya, pak... :D

    BalasHapus
  6. Akhirnya nulis lebih panjang.
    Gelar tikar nunggu lanjutan. Apik Mbak...

    BalasHapus
  7. Aku langsung menuju part brktnya .... :-)

    BalasHapus
  8. Lihat nanti sajalah..
    Kalo saya, lihat episode berikutnya, bu.
    Meluncuurrr :D

    BalasHapus