Sabtu, 19 Desember 2015

PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 9

Sebelumnya di PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 8




RATRI
“Hai.”


Cahyo mendongak menatapku ketika aku mendekati meja kami. Matanya menatapku lekat-lekat dengan pandangan tak tertebak. Secangkir cappuccino latte yang sudah tidak lagi menguarkan panas tak tersentuh di hadapannya. Smartphone-nya tergeletak saja di meja. Aku mengernyitkan kening. Tak biasanya aku mendapati Cahyo seperti ini. Biasanya bila datang lebih dulu, ia melewatkan waktu sambil asyik membaca berita lewat smartphone-nya seraya menungguku. Ketika aku datang, biasanya cappuccino latte kesukaannya itu sudah tinggal separuh di cangkirnya, dan dia siap memesan secangkir lagi.

Kami tetap diam bahkan setelah jus jeruk segar kesukaanku tiba. Diamnya membuatku tak nyaman. Biasanya saat ini dia sudah sibuk bercerita dan aku asyik mendengarkan.

“Ada apa?” tanyaku sambil menyentuh lengannya.

Cahyo menghela napas. “Semalam Sam datang ke kantorku. Dia menduga kamu butuh ditemani saat ia menikah nanti.”

“Sam? Ke kantormu dan bilang aku butuh ditemani?” ulangku tak percaya. “Maksudnya kamu yang menemani aku?”

Cahyo mengangguk.

“Untuk apa? Aku sudah bilang padanya bahwa aku tak akan datang bila papanya datang.”

“Itu dia. Dia menduga kamu enggan datang karena sampai sekarang kamu belum menikah lagi, sementara papanya sudah.”

Aku geleng-geleng kepala. Entah apa lagi yang ada di pikiran Sam. “Padahal bukan itu alasan aku ogah bertemu papanya.”

“Aku tahu. Itu yang aku katakan padanya.”

Aku memberinya tatapan menyelidik. “Tapi bukan itu yang bikin kamu jadi pendiam hari ini,” simpulku.

Cahyo mendehem sebelum menjawab. “Sam ingin aku sungguh-sungguh menemanimu. Bukan sekedar mendampingimu pada pernikahannya saja.”

“Maksudnya?”

Ia mendehem lagi. “Maksudnya aku menikahimu. Menjadi ayahnya.”

Aku langsung melongo. Rasa panas merambat hingga ujung kepalaku. Pasti wajahku semerah kepiting rebus.

“Tapi... tapi...”

Cahyo tersenyum menenangkan. Digenggamnya tanganku. “Sam memintaku menikahimu, dan aku bersedia. Jadi kamu mau ya, jadi istriku...”

“Aku tidak... eh, maksudku aku belum...”

Cahyo meremas lembut jemariku. “Tidak perlu dijawab sekarang. Aku sudah bilang pada Sam, aku tidak akan memaksamu kalau kamu belum mau menikah. Jadi jangan khawatir. Kapanpun kamu siap, apapun jawabanmu, aku akan menunggu.”

Aku terdiam. Lama kemudian baru aku bisa menemukan kata-kata.

“Aku tahu kau sayang pada Sam, tapi kamu tak perlu mengorbankan diri menikahiku hanya demi acara pernikahannya. Masih banyak perempuan lain yang lebih pantas jadi istrimu. Kamu tahu sendiri aku sudah hancur-hancuran seperti ini. Apa yang kamu harapkan dariku?”

Cahyo mengangkat bahu. “Aku sungguh-sungguh ingin kamu jadi istriku. Bagiku, ini bukan pengorbanan. Aku berharap kamu bisa melihat dirimu sendiri seperti aku melihatmu.”

“Apa yang kamu lihat?” tanyaku. Seketika itu juga aku sadar telah membuat kesalahan besar ketika kutatap langsung matanya. Hangat yang memancar dari sepasang mata itu sanggup melelehkan Kutub Utara.

“Perempuan hebat yang layak diperjuangkan dan dicintai.”



Selanjutnya di PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 10




15 komentar:

  1. So sweet. Meleleh deh. 😃 udah saya lirik2 nih... Malam minggu mudah-mudahan tayang. Syukur tayang beneran... 😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehehehe...

      terima kasih dah ditunggu...

      hatiku juga ikut meleleh kok mbak... #halah

      Hapus
  2. Jadi pengen lihat matanya Om Cahyo. Kira2 ikutan meleleh nggak ya?#eh salah fokus

    Kok dikit Mbak... Kurang nih#mulaiaddicted

    BalasHapus
    Balasan
    1. hatiku yg meleleh, mbak... #eh #halah

      hehehehehehehehehe...

      terima kasih mampirnya yaaa...

      Hapus
  3. Paling senang dg quote terakhir :-)
    Monggo ngeteh sambil leyeh2 sejenak mba Dani.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya nyumbang pisang kukus sama lumpia, mbak tiwi...

      hehehehehe...

      terima kasih mampirnyaaa...

      Hapus
  4. Balasan
    1. ah iya... #ikutanmelelehhatiku...

      terima kasih sudah hadir, mas...

      Hapus
  5. Wow...#speechlesskenatatapannyaomCahyo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaaaa...

      Terima kasih sudah mampir...
      Maaf, ini siapa yaaa...

      Hapus
    2. Samaaaaa...

      Terima kasih sudah mampir...
      Maaf, ini siapa yaaa...

      Hapus
  6. "Perempuan hebat yang layak diperjuangkan dan dicintai, wow so romantic."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehehehehe...

      Terima kasih, mbak...
      Terima kasih juga dah mampir...

      Hapus
    2. Hehehehehehehe...

      Terima kasih, mbak...
      Terima kasih juga dah mampir...

      Hapus