Jumat, 21 Oktober 2016

KOBALT IS BLUE

Sebelumnya : JANGAN DIMAKAN, KOBALT!





Cahaya terang yang menyelusup ke dalam matanya membuat Kobalt pening. Di mana ini?


“Bagus, kau sudah sadar.” Sebuah suara mengembalikan kesadarannya.

Pelan-pelan ia membuka mata. Seekor kucing betina berbulu putih mengamatinya dengan kepala ditelengkan.

“Di mana ini?” bisik Kobalt.

“Di rumah Manusia kami.”

“Di mana Felix?”

“Sudah pergi lagi. Ia berpesan agar kau tinggal di sini dulu sampai benar-benar pulih. Bagaimana perasaanmu?”

Kobalt terdiam sejenak. Perutnya bergolak sedikit, tapi selain itu, tak ada yang benar-benar sakit. “Sudah baikan… kurasa.”

“Sudah seharusnya, bila melihat makanan yang kaumuntahkan semalaman.”

Kobalt menggosok-gosok matanya, berusaha melihat lebih jelas. Wajahnya menghangat ketika sadar ia sedang bicara dengan kucing betina yang sangat cantik.

“Melongo, lagi…”

Kobalt mendehem canggung. “Dan kamu…”

“Felicia. Aku kakak Felix.”

Kobalt melongo. “Tidak mungkin kau kakak Felix!”

“Kau tak percaya Felix yang berantakan itu punya kakak secantik aku? Yah, kuanggap itu pujian.” Felicia tertawa kecil. “Kobalt… nama yang aneh…”

Kobalt menunduk. “Matt yang memberiku nama itu. Katanya itu karena warna mataku sebiru kobalt. Aku sendiri tak tahu, kobalt itu apa.”

“Matt?”

“Manusia yang menyelamatkan aku dari sebuah rumah yang terbakar waktu aku masih bayi.”

“Kalau ada Manusia yang merawatmu, bagaimana kau bisa berkeliaran di jalan bersama Para Pelindung? Tampaknya kau tipe rumahan, tak seperti Felix yang sering bosan di rumah, lalu cari perkara di jalanan.”

Kobalt terdiam sejenak sebelum menjawab, “Suatu hari Matt pergi begitu saja. Lalu beberapa Manusia datang mengambil barang-barangnya, dan mengusirku dari rumah. Sejak itu aku tinggal di jalanan.”

“Manusia memang kejam…”

“Oh, tidak… Matt sayang padaku. Aku merasa dia pergi di luar kemauannya. Sekarang aku sedang mencarinya. Siapa tahu, bergabung dengan Para Pelindung bisa membuatku menemukan Matt.”

Felicia mendengus. “Percayalah, Manusia itu kejam. Untung aku dan Felix tinggal bersama Manusia yang baik.”

Kobalt tak menyahut.

Felicia menatapnya. “Entah kau benar-benar sayang padanya, atau kau sudah gila.”





2 komentar: