Senin, 24 Oktober 2016

KEPUTUSAN KOBALT

Sebelumnya : KOBALT, MATT, DAN PERKELAHIAN ITU




Kobalt terpana. Halaman itu riuh-rendah dengan suara Anjing dan Kucing yang berusaha saling menjatuhkan. Ia tak yakin harus berbuat apa. Ia berusaha menemukan Figaro di tengah kepulan debu, namun kucing besar itu tak nampak di mana-mana.


Tiba-tiba dilihatnya tiga orang Manusia mengendap-ngendap mendekati rumah, membawa senapan. Kobalt berusaha mendekat, namun keraguan meliputi hatinya. Bagaimana ia bisa mengalahkan tiga Manusia itu sendirian?

“Kau ambil yang kanan, aku yang kiri. Langsung cakar saja mukanya. Siapa tahu bisa kena mata,” sebuah suara mengagetkannya. Kobalt menoleh. Felix nyengir lebar. “Aku tahu kau suka mencakar wajah Manusia.”

“Dan aku yang tengah.” Kobalt dan Felix menoleh kaget. Felicia muncul entah dari mana, tersenyum manis.

“Mau apa kau di sini?” tanya Felix.

“Aku bosan di rumah,” jawab Felicia ringan.

“Baiklah. Begitu aku beri aba-aba, kita serang,” kata Felix. “Satu, dua, tiga!”

Serempak mereka melompat, mengarah pada ketiga Manusia itu. Tak mengira diserang kucing, salah satu di antara Manusia itu tak sengaja menembak. Kaca jendela pecah berantakan. Seseorang balas menembak dari dalam rumah.

Darah Kobalt beku seketika. Bagaimana bila Matt terkena tembakan? Ia harus menyelamatkan Matt! Kobalt makin keras menggigit dan mencakar tiap inci kulit Manusia yang diserangnya.

Tiba-tiba pintu pagar di belakang halaman terbuka. Sebuah mobil keluar dari garasi, lalu berlalu dengan kecepatan tinggi. Sekilas Kobalt melihat wajah Matt di dalamnya.

Jangan pergi, Matt!

Kobalt berusaha menembus perkelahian di halaman untuk mengejar Matt. Salah langkah berarti tergigit atau tercakar, atau keduanya.

Ketika debu menipis, sekilas dilihatnya Master Fufu terkapar di tanah. Hugo berdiri di atasnya sambil memamerkan taring. Kakinya menekan leher Master Fufu, siap mematahkannya.

Sial! batin Kobalt. Dilihatnya mobil yang membawa Matt makin menjauh. Ia menoleh ke arah Master Fufu. Mata kucing itu terpejam, namun dadanya masih naik-turun.

Kobalt tak perlu waktu lama untuk mengambil keputusan. Ia berbalik, mendesis sambil melompat. Cakarnya terangkat ke wajah Hugo.


Selanjutnya : KOBALT BERPISAH JALAN










Tidak ada komentar:

Posting Komentar